Kamis, 10 Januari 2008

Rock Cengeng AKA yang Abadi

Oleh Petrik Matanasi


PIRINGAN HITAMKU pernah memutar lagu bagus. Judulnya Jeritan Seniman milik band AKA yang dikomandani oleh Ucok “Kribo” Harahap. Melankolis memang, tapi itu lagu punya makna dalam untuk seniman yang sering diklaim bermasa depan suram. Lagu itu bisa dibilang cukup cengeng, lirik dan musiknya “ngeblus” (sedih, tapi bukan lagu yang menyedihkan secara kualitas).

AKA memang band aliran cadas Indonesia zaman retro dulu. Uniknya, lagu-lagu mereka yang kata orang "cengeng" kerap direquest di radio-radio yang memutar lagu-lagu lama, atau yang memiliki acara yang menyajikan lagu-lagu jaman dulu (jadul). Sebenarnya, sebagai band cadas memang diakui dengan aksi panggungnya yang cukup sarang zaman dulu, mungkin belum ada yang meniru kegarangan AKA di atas panggung.

AKA kependekan dari Apotik Kali Asin, apotik milik keluarga Ucok Harahap di Surabaya. Ucok Harahap, rocker kribo yang sekarang menyepi di kaki sebuah gunung di Jawa Timur, itu tidak lain otak dari AKA, vokalis yang juga memainkan organ. Personil AKA yang lain adalah Arthur Anez Kaunang -ayah artis Tessa Kaunang. Basis kidal itu lulusan sastra Inggris di sebuah PTN di Surabaya. Ada juga Sunata Tanjung yang memainkan gitar, yang cukup diakui kualitasnya, serta Syech Abidin bertugas menabuh drum.

AKA mengikuti perkembangan rock dunia. Awalnya mereka kerap memainkan lagu-lagu Jimi Hendrix. AKA seperti band rock lain juga menikmati jaman kebebasan musik rock di Indonesia, tidak seperti senior mereka, Koes Bersaudara, yang dibui oleh rezim penguasa Orde Lama.

Lagu-lagu AKA umumnya keras, apalagi yang berbahasa Inggris. Mereka juga memiliki lagu yang bisa dibilang komersil karena diminati masyarakat umum, yang mungkin saja tidak suka musik rock. Lagu Badai Bulan Desember, Seniman dan Biola, atau Jeritan Seniman masih sering direquest orang-orang yang pernah muda di dekade 1970-an. Dua lagu tadi bisa dibilang lagu cengeng.

Seperti umumnya kala itu, lagu AKA diiringi sound dari organ Hammond. Iringan itu, walau terkesan jadul bahkan kuno oleh anak jaman sekarang, lagu tadi menjadi semakin kuat karakternya, walau tidak sepopuler Whiter Shade of Pale milik Procol Harum yang sepertinya irama lagu itu menjiplak dari Air in G String-nya Johan Sebastian Bach. Sound Organ Hammond mungkin tidak saja dipakai oleh AKA, tapi juga band lain. Bagaimanapun sound itu seperti air abadi untuk band-band jaman dulu, termasuk Badai Bulan Desember, Seniman Dan Biola, dan Jeritan Seniman milik AKA. Do What you Like adalah album AKA yang cukup kesohor di negeri ini. Beberapa mereka berbahasa Inggris. Untuk ukuran Indoensia, beberapa lagu mereka cukup eksperimental juga, seperti apa yang dibuat Pink Floyd di belahan dunia lain.

Aksi panggung AKA cukup sangar. Seperti suatu kali di awal konser, Ucok pasang aksi atraktif dengan gantung diri. Konser AKA selalu ramai dipadati penggemar rock fanatik. Sejatinya, AKA patut disejajarkan dengan God Bless. Sayang, AKA tidak seeksis God Bless. AKA menghilang pada dekade 1990-an. AKA tinggal nama, tak lagi pentas. Namun, apa yang direkam AKA tak pernah mati. Lagu mereka, apalagi lagu-lagu cengeng, kerap diputar oleh penggemar atau radio yang masih gemar akan lagu-lagu lawas.

Pascavakumnya AKA, selain Ucok Harahap, tiga personil lain -Syech Abidin, Arthur Anez Kaunang, dan Sunata Tanjung- membentuk SAS yang merupakan kependekan dari nama mereka. Musik mereka tidak sekeras AKA namun cukup sukses di mata publik karena musik rock di dekade '80-an tidak lagi sekeras jaman sebelumnya, yang kendati menyebabkan pamor rock pada dekade itu sedikit menurun.

AKA membuat para personilnya jadi selebritis. Ucok Harahap pernah bermain dalam film-nya Rhoma Irama, Darah Muda, sebagai rocker bengal dengan geng motornya, sedangkan Rhoma tentu saja dapat peran jadi jagoan. Film tadi seperti memposisikan rock sebagai sebagai musik orang-orang bengal yang tidak memiliki kegiatan positif. Padahal ada rocker yang jadi astronom seperti Brian May, atau pengusaha yang cukup sukses semisal Ikang Fawzi, juga simak kegiatan Hary Mukti atawa Gito Rollies sekarang.

Hampir semua personil AKA belakangan menjadi orang-orang yang religius. Rock juga mengantarkan mereka menjadi itu secara tidak langsung. Ucok konon diberitakan menjadi paranormal. Mereka tetap berkesenian, namun tidak ngerock seperti dulu. Usia mereka tidak lagi cocok untuk membawakan lagu-lagu pemberontakan ala Rock. (Patrik Matanasi)

Gambar AKA diunduh dari: musiklawas.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar