Oleh Iswara N Raditya
“Aku sangat menginginkan seorang bapak, tapi malah mendapatkan seorang bapak. Aku benci ayah, aku benci ibu!”
Kurt Donald Cobain
MULANYA HANYA seorang bocah pemimpi yang senang membual, sesosok pemuda tampan hasil cipta keluarga brokenhome. Sebelum perjalanan abad memasuki dekade 1990, iabukanlah apa atau siapa, bahkan nyaris tak dikenal sebagai sosok yang tak lama lagi akan membuat seisi semesta menoleh padanya. Kendati sudah mulai merambah dunia permusikan, kerja sehari-harinya cuma lontang-lantung, rutinitasnya liar, ngeband dan manggung sana-sini nir bayar, berbuat onar, hidup tak teratur, tiada berumah, serta gemar merepotkan orang lain! Tapi semua berubah ketika sebuah pembuktian yang dilakukannya berhasil membikin marcapada melongo, salut dengan populeritasnya –yang fenomenal sekaligus kontroversial– sekonyong-konyong menonjok langit, menghujam bumi, menggetarkan gempita musik Amerika sekalian internasional. Inilah kisah tentang seorang anak (nakal)!
Mencipta Lagu Sedari Balita
"Waktu masih kecil, Kurt begitu saja memainkan lagu yang didengarkan dari radio. Ia bisa menuangkan apa saja ke dalam pikirannya di atas kertas atau melalui musik"
(Kimberly, Adik Perempuan Kurt Cobain)
(Kimberly, Adik Perempuan Kurt Cobain)
Kurt Donald Cobain dilahirkan pada 20 Februari 1967 di Aberdeen, Washington, AmerikaSerikat, dari pasangan Wendy dan Donald Cobain . Wendy adalah sosok ibu rumahtangga yang cukup ideal bagi Kurt dan adiknya yang lahir ketika Kurt berumur tiga tahun, Kimberly Cobain. Sedangkan Don, yang bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel, terkesan lebih kaku dengan tampilan kacamata klasik dan rambut klimisnya.
Kehidupan Kurt sedari bayi berjalan sangat wajar, bahkan terhitung bahagia dengan limpahan kasih sayang yang diberikan segenap keluarga besarnya. Menginjak usia dua tahun, secara fantastis Kurt kecil sudah memperlihatkan minatnya terhadap musik. Keluarga ibunda Kurt memang keluarga musisi: Chuck, kakak Wendy, tergabung dalam band Beachcombers; Mari, adik Wendy atau bibi Kurt, adalah pemain gitar; dan Delbert, paman Wendy, pernah berkarir sebagai penyanyi tenor Irlandia, bahkan sempat ikut bermain dalam film The King of Jazz.
Keluarga itu teramat takjub ketika Kurt kecil dengan lancar menyanyikan lagu Hey Jude milik The Beatles, Motorcycle Song dari Arlo Guthire, serta lagu tema film televisi The Monkees. Bahkan, sebelum umurnya genap 5 tahun, Kurt sudah mengarang lagu. “Aku begitu kagum, seharusnya kurekam dengan tape recorder. Mungkin itu akan menjadi lagu pertamanya,” kenang Mari saat mendengar keponakannya mencipta sepenggal lagu tentang perjalanan mereka seusai bermain.
Bakat seni Kurt sepertinya didukung dengan daya imajinasinya yang kuat. Ketika berumur 3 tahun, ia memiliki seorang teman khayalan bernama Boddah. Kurt sangat menyayangi kawan imajinernya itu. Dalam suatu kejadian, kala itu Kurt sedang bermain-main dengan tape milik bibinya, terdengar efek bunyi menggema. Kurt terkejut seraya berseru, “Suara itu bicara padaku? Boddah? Boddah?!”
Setelah beberapa waktu, orangtua Kurt menjadi cemas atas keterikatan puteranya terhadap sahabat yang tak berwujud itu. Sebagai tindakan antispasi, mereka mengatakan kepada Kurt bahwa Boddah sudah tidak ada bersamanya lagi, ia telah dibawa seorang pamannya yang bertugas ke Vietnam. Namun sesungguhnya Kurt tidak benar-benar memercayai kata-kata orangtuanya itu.
Naluri Liar sang Seniman Belia
"Keahlian Kurt lainnya adalah menggambar setan, sosok yang selalu dia gambar dalam bukunya di setiap pelajaran." (Bill Burghadt, Kawan Sekolah Kurt Cobain)
Pada September 1972, Kurt memulai usia sekolahnya dengan masuk Taman Kanak-kanak Robert Gray yang berjarak tiga blok dari rumahnya. Bidang yang paling digemari dan dikuasainya adalah kelas seni, kala itu kemampuan artistiknya sudah luarbiasa: apa yang digambar Kurt seperti benar-benar tampak nyata. Tony Hirschman, kawan sekelas Kurt, berkata, “Dia bisa menggambar apa saja. Pernah kami melihat foto-foto werewolf (manusia serigala), kemudian Kurt menggambar seekor werewolf yang sangat mirip dengan fotonya.” Pada hari-hari libur atau hari ulang tahunnya, Kurt sering dihadiahi peralatan menggambar. Tak heran jika kamar Kurt lebih mirip studio lukis daripada sebuah ruang tidur seorang bocah berumur lima tahun.
Darah seni yang mengalir dari diri Kurt didapat dari neneknya, Iris Cobain. Iris sendiri adalah kolektor piringan hitam tentang memorabilia ilustrator/pelukis legendaris Norman Rockwell. Sang nenek sering mengajak Kurt melakukan kegiatan favoritnya, yakni mengukir sketsa gambar Rockwell dengan tusuk gigi pada jamur yang baru saja dipetik. Sedangkan sang kakek, Leland Cobain, tidak begitu berminat terhadap seni. Meskipun begitu, ia sering mengajari Kurt cara membuat kerajinan dari kayu.
Bakat Kurt menjalar ke ranah musik. Kurt, misalnya, bisa memainkan piano, mengiramakan nada-nada sederhana yang baru saja masuk ke kupingnya. Ketika ibunya membelikan satu set drum mainan bergambar Mickey Mouse, Kurt kecil tak kenal lelah menabuh drum itu sekuat tenaga. Kurt juga senang menenteng gitar milik bibinya, Mari, dan akan memetiknya sambil mengarang-ngarang lagu. Kaset pertama yang dibeli Kurt adalah album Terry Jacks dengan singlenya yang terkenal, Seasons in The Sun. Selain itu, Kurt juga sangat senang melihat-lihat koleksi album musik milik bibi dan pamannya.
Kebahagiaan masa kecil Kurt terancam punah ketika mulai sering terjadi pertengkaran antara ayah dan ibunya, biasanya karena masalah finansial. Akhirnya, hal yang paling ditakuti Kurt datang juga. Pada 9 Juli 1976, pengadilan memutuskan perkara perceraian orangtuanya, dan hak asuh atas Kurt serta adiknya, Kim, jatuh kepada sang ibu, Wendy. Kelak, saat ayahnya, juga ibunya, masing-masing telah menikah lagi, Kurt benar-benar dalam kondisi limbung. “Aku benci ayah, aku benci ibu!” teriaknya. Kurt, yang berusia 11 tahun saat itu, mulai merasa bahwa orangtuanya yang pernah menjadi dewa-dewa bagi masa kecilnya, sekarang berubah menjadi tokoh-tokoh mati, pujaan palsu, dan tidak bisa dipercaya. Mereka meninggalkan trauma yang teramat dalam pada diri Kurt, bahkan hingga ia tumbuh dewasa.
Kembali ke sejarah bermusik Kurt. Sejak SD kelas 5, Kurt sudah mengambil kelas musik di sekolahnya. Dan ketika memasuki SMP Montesano pada September 1979, ia pun segera bergabung dengan grup drum band di almamaternya, dan termasuk pemain inti meski permainannya tidak begitu istimewa.
Kurt juga masih mempertahankan gairah melukisnya yang sudah ia punyai semenjak kecil, dan ia menjadi jagoan di kelas seni di sekolahnya. Dalam suatu kesempatan, Kurt diberi mandat untuk menggambar sampul depan majalah sekolahnya, Puppy Press, edisi hari Halloween. Kurt sangat bersemangat, ia melukis seekor anjing bulldog, lambang sekolahnya, sedang menguras isi sebuah kantong permen di kandangnya. Naluri liarnya sudah kentara kala itu dengan menyisipkan sekaleng bir yang agak tersembunyi di tumpukan permen.
Selain itu, Kurt juga lagi berhasrat mencipta gambar-gambar porno. Pernah suatu kali Kurt menggambar vagina, kendati ketika itu Kurt belum pernah berhubungan –bahkan hanya sekadar berpacaran– dengan perempuan secara intim. “Waktu itu, Kurt belum pernah melihat vagina secara langsung,” cerita Bill Burghadt, kawan sekelas Kurt. Keahlian Kurt lainnya, lanjut Bill, adalah menggambar setan, sosok yang selalu dia gambar dalam bukunya di setiap pelajaran.
Nalurinya semakin berkembang ketika usianya menginjak angka 14 tahun. Kala itu tahun 1981, Kurt mulai mencoba-coba membuat film-film pendek sendiri dengan kamera milik ayahnya. Suatu kali, ia pernah membikin film yang mengisahkan adanya sekelompok alien yang mendaratkan pesawatnya di halaman depan rumah kelurga Cobain.
Lain waktu, Kurt membuat film lagi, kali ini lebih sadis. Dalam film yang diberinya judul Kurt Commits Bloody Suicide itu, Kurt berakting memotong nadi pergelangan tangannya sendiridengan potongan kaleng minuman. Bersama seorang temannya yang bertugas mengambilgambar, film itu dilengkapi efek khusus, kendati alakadarnya, yakni darah buatan, dan Kurt memainkan sendiri adegan kematiannya secara dramatis! (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar