Rabu, 19 Januari 2011

Duo Edan di EDANE

SEPERTI Trent Reznor dan Nine Inch Nails, atau Eddie Van Halen dan Van Halen, atau juga Billy Corgan dan Smashing Pumpkins, sosok Zahedi Riza Syahranie atau akrab dipanggil Eet Syahranie ini tidak bisa dipisahkan dari Edane, legenda hard rock Indonesia. Ia mendirikan, mengonsep, merekam, dan juga bertanggung jawab dalam segala macam pengambilan keputusan di tubuh band itu. Dari mulai berdiri di tahun 1992, merilis album The Beast yang sangat sukses dengan hit single “Ikuti” dan merebut hati pecinta musik rock Indonesia setelah merebut posisi sebagai opening act konser Sepultura nan legendaris di stadion Lebak Bulus, Jakarta, tahun 1992. Semenjak itu masyarakat mengenal Edane sebagai band rock penuh skill. Permainan gitar mumpuni, ekspresi panggung 200 persen, sound live dan recording membuat mereka bisa masuk kategori terbaik untuk musik rock di Indonesia. Bukan berlebihan bila menganggap Edane adalah jawaban Indonesia terhadap aksi luar negeri macam Van Halen, AC/DC dengan gitaris megaandal yang pola solo gitar secepat kilatnya tak pernah gagal meng-undang kagum tiada tara.


“Eet kalau lagi solo gitar, sakit jiwa banget. Nama Edane memang pantas jadi legenda di musik Indonesia. Orangnya juga sangat rendah hati.” Ini adalah pengakuan Lukman Laksmana atau Buluk, vokalis dari band Superglad yang pernah berkolaborasi bersama Eet Syahranie.
Stevie Item, gitaris Andra and the Backbone dan juga Deadsquad punya komentar bernada mirip, “Eet adalah salah satu gitaris favorit saya. Pemain yang luar biasa dalam skill, arranging, dan memiliki sound yang berkarakter. Saya selalu kagum setiap Eet sedang perform.”

Kerendahan hati Eet di industri musik Indonesia menjadi aroma harum yang selalu menyenangkan bila tercium. Seorang pahlawan gitar yang kerap menghargai lawan bicara. “Eet seperti Pak Tino Sidin dunia gitar. Gue saja yang nggak jago-jago amat dibilang main bagus oleh dia,” tukas Buluk Superglad kemudian. Namun di balik kerendahan hati Eet, berdiri seorang pria yang tegas, tahu persis apa yang dia mau, dan akan menempuh berbagai jalan untuk mewujudkan kenyamanan dalam mengeks-presikan keseniannya.

Beberapa pihak bahkan menyebut Eet sebagai pemimpin yang menerapkan cara diktator di dalam band. Salah satu bukti adalah setelah enam album terakhir yang mereka rilis, posisi vokalis kerap berganti dari mulai Ecky Lamoh di album The Beast (1992), Heri Batara yang kemudian banting setir jadi manajer mere-ka hingga kini, Robby Matulandi, Trison Manurung vokalis Roxx yang kemudian berpisah jalan di tahun 2005, tak terlalu lama setelah bergabung. Iwan Xaverius Timbuleng, pemain bas ex-Jet Liar yang mendampingi Eet sejak Edane awal berdiri pun mengundurkan diri di tahun yang sama. Hingga Edane jalan hanya bersama Fajar Satritama, drummer yang ‘diboyong’ Eet dari Cynomadeus, bandnya sebelum Edane.

Fajar Satritama adalah karakter yang juga menarik. Berbadan tegap, memukul drum seperti esok kiamat, namun berperawakan tenang. Pria yang lahir di Jakarta, 11 Juli 1970 ini adalah pria berprestasi baik di musik maupun di kehidupan luar musik. Mengecap prestasi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang digelutinya tahun 1989, hingga dicalonkan menjadi mahasiswa terbaik FHUI di kisaran 1993, satu tahun setelah album The Beast memecah kesunyian musik Indonesia. Setelah lulus pun ia bekerja dengan baik. Sepuluh tahun terak-hir ia bekerja di sebuah bank OCBC NISP dan kini nyaman duduk di jabatan Corporate Business Head.

Pekerjaan harian ini pula yang menyebabkan di beberapa panggung, Edane paling leluasa untuk tampil di hari Sabtu dan Minggu, walau kini Eet Syahranie mengaku ia telah menyiapkan additional player, jika Fajar Satritama berhalangan karena harus manggung di weekdays. Dan kini di tahun 2010, yang tinggal hanyalah Fajar dan Eet, duo yang hubungannya paling harmonis di band, sekilas seperti Achmad Albar dan Ian Antono pada God Bless, atau mungkin Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan di dunia pop. Album bertajuk Edan pun pada ak-hirnya dirilis oleh kenalan lama mereka Log Zhelebour melalui Logiss Records. Edane pun kembali untuk menggemparkan dunia rock. Berikut adalah petikan bincang-bincang Rolling Stone dengan Edane yang kebanyakan diwakili oleh Eet Syahranie sang pemimpin.

Sumber: RollingstoneIndonesia

Foto: Ludmila Gaffar dalam RollingstoneIndonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar