Rabu, 10 Desember 2008

Revolusi Fariz, Revolusi Musik Pribumi

Oleh Iswara N Raditya

AWALNYA, belum ada yang kenal perkakas musik yang aneh bin unik itu. Bayangkan, bentuk kibor yang lazimnya menyerupai piano tiba-tiba mengerucut jadi mirip gitar, dicangklongkan di bahu. Bedanya, kalau gitar dipetik, alat itu bisa berbunyi dengan dipencet selayaknya piano. Alat yang dipopulerkan grup Duran-Duran itu bernama moog synthesizer yang merupakan bentuk padu antara gitar, akordion, dan kibor. Musisi Indonesia yang memerkenalkan moog synthesizer di jagat musik tanahair tiada bukan adalah Fariz RM, sang multi instrumentalis Indonesia.

Naga-naganya, ketika itu Fariz mencoba memercikkan revolusi kecil di ranah musik nasional dengan menawarkan modernitas. Ia membawa gairah teknologi dengan menerobos dominasi musik “kolot” yang masih menggunakan perabotan alakadarnya. Fariz memerkenalkan teknologi Music Interface Digital Instrument alias MIDI, seperti yang kental dalam kebanyakan lagu-lagu ciptaannya. Ironisnya, praktis kala itu Fariz bertarung sendirian. Teknologi MIDI baru mulai populer pada awal tahun 2000-an atau kurang lebih 20 tahun setelah Fariz berdaya-upaya mengenalkannya.

Fariz Rustam Munaf, kelahiran 5 Januari 1961, memang berasal dari keluarga musisi. Ayahnya dikenal sebagai penyanyi di RRI (Radio Republik Indonesia), sedangkan ibunya, Anna Reijnenberg, adalah seorang guru les piano. Di bawah bimbingan sang bunda inilah awal pertemuan Fariz dengan dunia nada selain belajar piano pada Sunarto Sunaryo dan juga Charlotte Sutrisno JP.

Pada usia 12 tahun, Fariz membentuk Young Gipsy bersama Nasution bersaudara, Debby dan Odink, dengan memainkan lagu-lagu blues dan rock. Pengalaman Fariz kecil bertambah ketika ia bekerjasama dengan Addie MS, Adjie Soetama, dan Imran RN merancang operet untuk acara perpisahan di sekolahnya. Pada 1977, Fariz dan teman-teman sekolahnya seperti Raidy Noor, Erwin Gutawa, dan Ikang Fawzi, meraih juara III dalam Lomba Cipta Lagu Remaja Radio Prambors Jakarta. Mereka bernaung dalam Vocal Group SMA Negeri 3 Jakarta. Prestasi itu membuat tawaran dari beberapa grup band mulai berdatangan.

Setahun kemudian, Fariz kuliah di jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), karenanya ia juga piawai melukis. Semasa mahasiswa inilah Fariz menjadi kibordis pengganti di grup band Giant Step dan memainkan drum untuk karya-karya pentas The Rollies. Pada 21 Agustus 1978, Fariz bergabung dengan Badai Band yang sukses menghasilkan album ilustrasi untuk film Badai Pasti Berlalu. Fariz juga sempat bergabung bersama Keenan Nasution dalam band Gang Pegangsaan. Pada 1979, Fariz membantu kelompok musik dari Bandung pimpinan Harry Roesli.

Fariz berani melesat lebih tinggi dengan memersiapkan karya pribadinya. Uniknya, ia memulai dengan album kedua, Sakura, yang dirilis tahun 1980 dan sukses besar. Setelahnya, Fariz baru merilis album solo perdananya, Melangkah ke Seberang, yang belum sempat diluncurkan meski sudah rekaman sejak 1979. Album ini melibatkan Chrisye, Keenan Nasution, Yockie Suryoprayogo, Uce F Tekol, Raidy Noor, Yanti Noor, juga Iis Sugianto. Sekira tahun 1983, bersama Iwan Madjid dan Darwin B Rachman, Fariz membentuk Wow! sebagai drummer. Setelah debut album pertama, Produk Hijau, Fariz mundur dari Wow!. Fariz juga aktif di beberapa kelompok musik, termasuk Symphony, Transs, GIF, hingga Jakarta Rhythm Section, selain tentu saja pengerjaan album solonya. Ia pun sempat ikut mengajar di Forum Musik Jack & Indra Lesmana.

Pesona Farzi kian melangit. Lagu-lagu ciptaannya yang kental dengan nuansa MIDI banyak yang menjadi hits, sebut saja Barcelona, Sakura dalam Pelukan, Susie Bhelel, Menggapai Bintang, Sungguh, Selamat Datang Cinta, Lepas Kontrol, Nada Kasih, Melangkah ke Seberang, Kurnia Pesona, dan lainnya. Hingga 2003, paman dari penyanyi berbakat Sherina Munaf ini telah menghasilkan 20 album solo, 72 album kolaborasi, 18 album soundtrack, 27 album produksi, dan 13 album internasional yang dirilis di Eropa dan Asia Pasifik.

Selama karir musiknya, Fariz kerap berhubungan dengan banyak musisi beken, terlibat dalam penggarapan album para sejawatnya, antaralain Deddy Dhukun, Dian Pramana Putra, Keenan Nasution, Harie Dea, Yockie Suryoprayogo, Jimmy Manoppo,Andi Meriem Matalatta, Benny Soebardja, Indra Lesmana, Arie Koesmiran, Neno Warisman, Renny Djajoesman, Jacob Kembar Grup, Janet Arnaiz, Emillia Contesa, Achmad Albar, Delly Rollies, Norma Yunita, Yossi den Has, Marissa Haque, hingga Yovie Widianto bersama grup Nuno.

Sejak 1987, Fariz mulai bermain di belakang layar. Ia justru giat melukis kendati masih tetap sibuk di dunia suara dengan membikin jingle iklan dan ilustrasi musik untuk media elektronik, sinema, dan panggung teater. Pada 21 Agustus 2003, Fariz kembali muncul ke publik dengan menggelar konser akbar di Jakarta. Sebelumnya, pada 2001, Fariz sempat meluncurkan album Dua Dekade.

Fariz menikah dengan Oneng Diana Riyadini, mantan peragawati asal Semarang, pada 1989, dan dikaruniai tiga orang anak, dua di antaranya terlahir kembar. Pada 1996, Fariz divonis mengidap kanker liver. Fariz sempat terjegal perkara narkoba, pada 2001 dan 2007, juga kasus peledakan bom di Asrama Mahasiswa Iskandar Muda, Manggarai, Jakarta, pada Mei 2001. Polisi menemukan surat Fariz kepada Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Teungku Abdullah Syafei, di lokasi peledakan bom.

Apapun itu, Fariz merupakan sosok musisi yang tak bisa ditampik perannya. Fariz enggan dikenal sebagai artis. Ia adalah seorang seniman, pelakon seni serba bisa. Fariz adalah seorang penyanyi, pencipta lagu, penata musik, kibordis, drummer, gitaris, bassis, produser, bahkan juga pelukis. Fariz RM adalah salahsatu perevolusi musik Indonesia, melangkah ke seberang menuju pembaharuan. (Iswara N Raditya/ Tetap Bergema Community)

4 komentar:

  1. Fariz RM... a truly property of Indonesian musics...a living legend!

    BalasHapus
  2. Fariz RM... a truly property of Indonesian musics...a living legend!

    BalasHapus
  3. Fariz RM...a truly property of Indonesian musics

    BalasHapus
  4. hidup musik indonesia....putera2 negeri ini mempunyai talenta yg mendua..tidak kalah dengan bangsa lain..sampai sekarang..

    BalasHapus