Senin, 08 November 2010

Para Ksatria Bergitar Bersatu untuk Duka Indonesia

JUMAT malam (5/11/2010), di Bentara Budaya Jakarta diadakan konser amal “Dari Gitaris, Untuk Indonesia” yang dipersembahkan oleh para gitaris papan atas Indonesia untuk korban bencana alam di Wasior, Mentawai, dan Merapi. Para ksatria bergitar Indonesia: Ireng Maulana, Adrian Adioetomo, Ian Antono, Dewa Budjana, Toh Pati, Baron, Abdee Slank, Andra Ramadhan, Piyu Padi, dan masih banyak lagi, ambil bagian dalam acara ini. Selain itu, acara ini tidak dipungut biaya sepeser pun. Namun jika berkenan, penonton yang hadir bisa menyumbangkan sebagian uangnya, berapapun itu.

Dibuka dengan sebuah nomor instrumental berjudul “3 Keajaiban”, Andra Ramadhan dan Stevie Item menjadi penampil pertama dengan membawakan 3 buah lagu instrumental yang terdapat di album Andra & the Backbone. Selain “3 Keajaiban”, lagu instrumental lainnya berjudul “Surrender” dan “Love, Faith, ‘n Hope”. Istimewanya, lagu-lagu tersebut dimainkan secara medley. Kerapihan mereka dalam membawakan medley ini patut diberikan dua jempol.

Berikutnya giliran Abdee Negara, Baron, dan Adrian Adioetomo. Ketiga gitaris ini terkenal dengan karakternya yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri, Abdee dengan keliaran rock ‘n roll-nya, Baron dengan rock-nya, dan Adrian Adioetomo dengan lengkingan delta blues-nya. Apa jadinya jika mereka membawakan sebuah versi instrumental dari lagu Slank yang berjudul “Ku Tak Bisa”? Peleburan total dengan hasil maksimal.

Bermain setelah Kin The Fly yang membawakan lagu andalan The Fly di masa kejayaannya, “Terbang”, dengan bantuan Rainaldi Item dan Kanda Band, Iwan Hasan mengkhayal bersama lagu “Syukur” dengan memberikan suasana hipnotis dan thrilling ke dalam lagu tersebut. Dia membawakan lagu itu secara sendirian di atas panggung dengan menggunakan alat musik yang menikahkan gitar dan harpa. Alat musik tersebut dikenal dengan sebutan harp guitar. Pada malam itu, decak kagum penonton tak bisa dihindari selama Iwan Hasan berada di atas panggung menunjukkan kebolehannya dalam bermain harp guitar.

Jubing Kristianto membuka penampilannya dengan “Lament”, lagu baru beratmosfir duka dan dilanjutkan dengan “Rek Ayo Rek” ciptaan Is Haryanto dan dipopulerkan oleh Mus Mulyadi. Dengan sangat jelas bisa terlihat dari raut wajah penonton bahwa mereka bahagia melihat Jubing yang memang atraktif.Rencana hanya membawakan dua lagu pun batal karena penonton ingin Jubing membawakan satu lagu lagi. Alhasil, “Becak Fantasy” yang dipenuhi dengan berbagai macam teknik bermain gitar pun dibawakan dengan apik sebagai penutup penampilan Jubing malam itu.

Giliran duet maut Dewa Budjana dan Tohpati yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang untuk tampil. “Guitar in the Midnight” yang dibawakan dengan keharmonisan tingkat tinggi dari dua teman dekat ini dipilih sebagai lagu pembuka. Mereka memukau penonton seperti itu bukanlah hal yang sulit. Sebuah lagu dari Sheila On 7 dengan judul “Dan” dibawakan dengan format instrumental sebagai bentuk penghormatan terhadap Erros Chandra yang tadinya berencana untuk turut memeriahkan acara “Dari Gitaris, Untuk Indonesia” namun tidak bisa hadir dikarenakan jalur penerbangan Bandara Adisutjipto Yogyakarta harus ditutup.

“Sesuatu Yang Indah” menjadi santapan berikutnya. Piyu, Stephan Santoso, dan Denny Chasmala, yang malam itu memainkan mandolin akustik, menggubah lagu tersebut menjadi sebuah nomor instrumental yang tangguh namun cantik. Tangguh dan cantik memang bukanlah hal yang biasa jalan bergandengan, namun peleburan melodi-melodi Piyu, riff-riff Stephan Santoso, dan petikan Denny Chasmala lah yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Sebuah penampilan yang megah.

Musisi jazz Indonesia legendaris, Ireng Maulana, dengan kawalan dari Kanda Band membawakan sebuah cover version lagu ciptaan gitaris tersohor Gary Moore berjudul “Still Got the Blues”. Improvisasi-improvisasi yang dilakukan oleh Ireng Maulana seperti membuktikan bahwa label legendaris yang lekat di dirinya tidaklah jatuh ke tangan yang salah. Selanjutnya, setelah Iman dan Sonny dari J-Rocks membawakan “Juwita Malam” secara instrumental dengan atmosfir jazz lounge yang kental, giliran Ian Antono, Armand Maulana, Audy Item beserta seluruh pengisi acara. Talenta-talenta itu berada di satu panggung untuk membawakan “Rumah Kita” dari God Bless sebagai penutup konser amal ini.

Dana yang terkumpul malam itu adalah sekitar Rp 534 juta. Itu belum termasuk dengan beberapa nama besar dengan jumlah sumbangan yang tidak sedikit. Belum lagi 4 gitar yang dilelang, yaitu Fender Stratocaster milik Setiawan Djody dengan harga Rp 15 juta, gitar Art Rock John Paul Ivan Rp 8 juta, gitar akustik Cole Clark milik Budjana yang ditandatangani lengkap oleh para pengisi acara sebesar Rp 40 juta, dan gitar Gibson Les Paul milik Piyu Rp 35 juta. Semua rupiah sepenuhnya akan diberikan kepada korban bencana di Wasior, Mentawai, dan Merapi. Sebuah persembahan yang luar biasa dari para gitaris papan atas Indonesia untuk tanah air mereka yang sedang berduka.

Sumber Tulisan:
Rolling Stone Indonesia

Foto:
Reno Nismara/Rolling Stone Indonesia

selengkapnya >>>